Tuesday 6 September 2011

Pendidikan melalui pertanyaan

Tentu kita masih ingat mengenai sebuah iklan di telivisyen yang memaparkan seorang anak berulangkali bertanya, “Ini burung apa?”. Ayahnya menjawab, “Ini burung murai, nak”, kemudian pertanyaan itu diulangi lagi, ”Ini burung apa?”. Ayahnya pun menjawab, “Ini burung murai, nak”. Dialog itu berterusan beberapa kali.

Ada beberapa reaksi yang boleh kita duga dari seorang bapa bergantung kepada tahap kesabarannya. Seorang ayah yang tidak sabar akan membalas, “Kenapa ni berulangkali bertanya? Tak faham ke itu burung murai”, kemudian membentak anak supaya diam.

Seorang ayah yang bijaksana akan menanggapi fenomena ini sebagai suatu keadaan yang sangat baik kerana anaknya ingin bertanya, mungkin si ayah perlu memvariasikan jawapannya dengan memberi maklumat lebih lanjut mengenai burung itu. Misalnya, pada soalan pertama boleh dijawab, “Ini burung murai”, tetapi bagi soalan yang sama berikutnya, boleh jawab, “burung murai ini bunyinya begini (sambil membunyikan suara burung murai)”, dan seterusnya setiap jawapan yang sama boleh dijelaskan lagi mengenai burung murai tapi menambah ciri-ciri baru kepada konsep burung murai dan sebagainya. Si anak, mungkin kerana umurnya masih kecil tidak tahu memvariasikan soalan tetapi keinginannya untuk tahu mengenai burung murai sangat mendalam.

Lebih daripada 30 tahun saya berkecimpung dalam dunia pendidikan universiti, namun pada akhir setiap kuliah apabila saya bertanya kepada pelajar, “Ada apa-apa soalan yang hendak ditanyakan?”. Tawaran saya itu biasanya tidak berbalas. Saya ulang lagi pertanyaan, “Ada tak bahagian-bahagian mana yang anda tidak faham?”, juga tawaran kedua saya tidak bersambut.

Budaya bertanya di kalangan mahasiswa yang pernah saya alami hampir tidak ujud, kalau ada pun akan berlaku pada minggu akhir kuliah, yang bertanya bahan apa yang akan masuk dalam peperiksaan akhir. Suatu pertanyaan yang tidak membantu mahasiswa membentuk konsep teori yang mantap tentang apa yang telah diajar.

Apakah ini akibat daripada herdikan seorang ayah terhadap pertanyaan anak semasa kecil dulu? Atau budaya takut diketawakan kawan-kawan menyelubungi mereka?. Saya makin tidak pasti dengan jawapan sebenar tentang budaya bertanya.

Dalam Surah Al-Anbiya, ayat 7, disebut dengan jelas;

Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka (katakanlah kepada mereka): “Tanyalah olehmu kepada orang-orang yang berilmu (ahli kitab), jika kamu tiada mengetahui” (Al-Anbiya, ayat 7).

Di dalam tafsir “Al-Jami’ li Ahkamil Quran” tulisan Al-Imam Al-Qurtubi dijelaskan bahwa firman Allah SWT, “Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka“, sebagai jawaban atas sanggahan orang-orang kafir yang meragukan kenabian Muhammad SAW. Mereka merendahkan kredibiliti Nabi Muhammad SAW itu dengan mengatakan bahwa beliau adalah manusia biasa, tidak ada kelebihan apapun, sehingga tidak perlu diikuti ajarannya.

Maka Allah SWT turunkan ayat ini yang membandingkan antara nabi Muhammad SAW dengan para nabi terdahulu. Di mana para nabi terdahulu itu sama saja dengan beliau SAW, sama-sama manusia biasa. Hanya saja mereka mendapatkan wahyu dari Allah SWT.
Disebutkan ”beberapa lelaki” untuk menunjukkan bahwa para nabi terdahulu juga manusia, sebagaimana Nabi Muhammad SAW juga manusia. Tapi yang membedakan, para nabi terdahulu dan juga Muhammad SAW mendapatkan wahyu dari Allah. Ayat ini menegaskan bahwa nabi itu bukan malaikat, karena disebutkan dengan kata ”lelaki”, yang menunjukkan bahwa mereka adalah dari jenis manusia juga.

Yang paling relevan dengan tajuk kita ialah bahagian kedua iaitu, “Tanyalah olehmu kepada orang-orang yang berilmu (ahli kitab), jika kamu tiada mengetahui”.
Sanggahan orang-orang kafir tentang hakikat kenabian Muhammad SAW boleh dirujuk kepada ahli zikir (orang yang berilmu). Sufyan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ahla-zikri adalah para ahli Taurat dan Injil yang telah beriman kepada nabi Muhammad SAW (sudah masuk Islam).

Disebut mereka itu ahluz-zikri (makna zikr adalah mengingat), kerana mereka faham dan mengerti betul kisah para nabi terdahulu yang belum dikenal oleh bangsa Arab. Dan para kafir Quraisy memang terbiasa bertanya kepada ahli Taurat dan Injil tentang nab-nabi terdahulu. Di sini Allah menegaskan kembali untuk bertanya kepada mereka bila belum tahu.

Sebahagian ulama lain menafsirkan ayat di atas mengenai ahluz-zikri sebagai para ulama yang sangat mengerti isi Al-Quran (menurut Ibnu Zaid). Senada dengan itu, diriwayatkan bahwa ketika ayat ini diturunkan, Sayyidina Ali Ibni Abi Thalib berkata, “Kami adalah ahluz-zikri.” Dan ayat ini menjadi dasar atas kewajiban setiap muslim untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak atau belum diketahuinya. Maksudnya, bertanya dalam masalah hukum-hukum Allah SWT yang telah diturunkan melalui kitab suci dan rasul-Nya. Yang dimaksud dengan ahluz-zikri tidak lain adalah para ulama yang memiliki derajat kefaqihan atas nash-nash syar”i.

Juga, ayat di atas menjadi dalil atas tidak wajibnya seseorang untuk bertaqlid hanya pada satu ulama saja, atau pada satu mazhab saja. Setiap orang boleh saja bertanya kepada siapa saja yang masih boleh dihubungi, asalkan orang itu memiliki sifat sebagai faqih (orang yang memahami maksud dan makna dari tiap perintah Allah).

Ayat ini tidak pernah mensyaratkan keharusan berpegang hanya pada satu mazhab saja, sebab kewajiban bertanya hanya sebatas kepada yang punya ilmu, tanpa dibatasi untuk setia hanya kepada satu saja orang berilmu dari mereka. Terserahlah kepada yang bertanya untuk mencerna ilmu yang didapati.

Budaya bertanya sebenarnya telah lama diajarkan dalam Islam melalui riwayat di atas, tetapi kenapa budaya ini tidak hidup subur di kalangan orang Melayu, misalnya. Ini suatu persoalan yang boleh dibuat kajian yang mendalam.

Melalui pertanyaan sebenarnya kita melakukan proses belajar, dan belajar. Siapa yang tidak bertanya ada kemungkinan dia tidak faham atau tersangat faham sehingga tidak perlu bertanya. Tetapi anehnya apabila selesai kertas peperiksaan ditanda ramainya yang tidak boleh menjawab, ini bererti mahasiswa tidak faham bahan kuliah tetapi malas bertanya.

Kenapa kita mesti bertanya? Menurut ahli fikir dan ahli falsafah terkenal Aristotle, bertanya sesungguhnya ialah proses berfikir karena dengan bertanya kita mempunyai keinginan untuk mengetahui jawapannya. Oleh karena itu, Aristotle menyatakan bahwa “Asking is thinking”. Hal ini dipersetujui oleh pemikir-pemikir yang lain. Teori pendidikan moden pun, seperti Teori Konstruktivisma memfokus kepada “pertanyaan” sebagai alat penting dalam proses pembelajaran yang berasaskan pelajar (student centered learning). Dalam teori pembelajaran berasaskan masalah (problem-based learning theory), aspek penting kejayaannya ialah bertanya.

Iklan TV di atas memaparkan anak yang masih kecil bertanya soalan yang sama, namun jika dia makin dewasa nanti dia akan memvariasikan pertanyaannya kepada siri pertanyaan-pertanyaan yang berbeza mengenai tajuk yang sama. Melalui cara itu dia akan lebih faham secara mendalam. Albert Einstein memvariasikan pertanyaan kepada banyak pertanyaan-pertanyaan kecil terhadap suatu masalah tertentu sehingga jawapan yang diperolehi begitu tepat dan mendalam.

Marilah kita semarakkan budaya bertanya di masyarakat kita, agar ilmu Allah itu turun dengan aman kepada kita dan diberikan kita sikap terbuka dalam mencari ilmu dan tidak ada ilmu yang cuba disorok-sorokkan seperti menyorok barangan kawalan menunggu kenaikan harga. Ilmu jika disebarkan akan bertambah, tetapi harta jika disebarkan keterlaluan akan susut.

Mari kita lahirkan budaya bertanya bagi mencari ilmu.

Ismail Abdullah, Teras Jernang, 7 September 2011.

Sunday 4 September 2011

Mendidik Jiwa

Pada diri setiap orang ada dua (2) komponen penting iaitu jasad dan ruh. Doktor perubatan dan pembedahan banyak mengkaji tentang komponen jasad, dan doctor psikologi mengkaji tentang komponen jiwa (psyche). Dalam Surah Al-Isra, ayat 85 Disebut bahwa manusia hanya tahu sedikit saja tentang ruh, kerana ruh adalah urusan Allah. Lalu apakah kaitan antara ruh dan jiwa?

Majoriti ulama mengatakan bahwa selepas proses pensenyawaan antara benih lelaki dan wanita selama 120 hari atau 4 bulan di dalam rahim, maka Allah meniupkan ruh ke dalam janin itu (Surah Shaad, ayat 72).

Dari Abi Abdurrahman Abdilah bin Masud RA, bahwa Rasulullah SAW mengatakan kepada kami, ”Sesungguhnya tiap-tiap kamu dibentuk dalam perut ibunya 40 hari berbentuk nuthfah (mani), kemudian menjadi ‘alaqah selama 40 hari, kemudian menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama 40 hari, kemudian dikirimkan kepadanya malaikat meniupkan ruh . . . ” Hadits Muttafaqun Alaih.

Selain itu ada pendapat seperti dalam hadits berikut: Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari hadits Hudzaifah bin Usaid, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda:

“Apabila nutfah telah berusia empat puluh dua malam, maka Allah mengutus malaikat, lalu dibuatkan bentuknya, diciptakan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Kemudian malaikat bertanya, ra Rabbi, laki-laki ataukah perempuan?’ Lalu Rabb-mu menentukan sesuai dengan kehendak-Nya, dan malaikat menulisnya, kemudian dia (malaikat) bertanya, Ya Rabbi, bagaimana ajalnya?’ Lalu Rabb-mu menetapkan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, dan malaikat menulisnya. Kemudian ia bertanya, ‘Ya Rabbi, bagaimana rezekinya?’ Lalu Rabb-mu menentukan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, dan malaikat menulisnya. Kemudian malaikat itu keluar dengan membawa lembaran catatannya, maka ia tidak menambah dan tidak mengurangi apa yang diperintahkan itu. Hadits ini menjelaskan diutusnya malaikat dan dibuatnya bentuk bagi nutfah setelah berusia enam minggu (empat puluh dua hari) bukan setelah berusia seratus dua puluh hari sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu Mas’ud yang terkenal itu.

Sebagian ulama mengkompromikan kedua hadits tersebut dengan mengatakan bahwa malaikat itu diutus beberapa kali, pertama pada waktu nutfah berusia empat puluh hari, dan kali lain pada waktu berusia empat puluh kali tiga hari (120 hari) untuk meniupkan ruh.

Secara ringkasnya, minggu pertama Pertumbuhan janin, sel telur dan sperma yang telah menyatu membentuk satu sel yang disebut zigot. Dalam minggu pertama setelah pembuahan, sel tunggal itu membelah diri menjadi 200-an sel seperti sekumpulan bola, yang disebut blastula. Kemudian ‘bola’ itu akan membelah diri terus-menerus dan terus berjalan menuju rahim untuk kemudian menanamkan diri (implantasi) di dinding rahim. Pada waktu ini wanita belum merasakan perubahan apa pun di dalam tubuh. Malah, banyak wanita tidak menyadari kalau dirinya hamil.

Pada minggu kedua dalam proses pertumbuhan janin, panjang embrio (hasil pembuahan yang sudah berimplantasi di rahim) baru sekitar 0.36 sehingga 1 milimeter. Memang sangat kecil, tetapi proses perkembangan terus berlaku. Ketika ini rongga kantung ketuban (amnion) yang nantinya akan terisi air ketuban, mulai membentuk. Pada waktu ini tubuh wanita masih belum mengalami perubahan yang signifikan. Secara amny wanita ada juga yang belum menyedari kalau sudah terjadi kehamilan.

Pada minggu ketiga, panjang embrio bertambah menjadi sekitar 1.25 milimeter. Bentuknya seperti pelat, yang kemudiannya akan menjadi jantung. Pada saat ini, sistem saraf pusat (otak dan tulang belakang), otot-otot serta tulang-tulang mulai terbentuk. Beberapa wanita hamil mulai mengalami pertambahan berat badan sedikit dan merasakan mual serta tidak nafsu makan.

Pada minggu keempat, bentuk asas manusia mula muncul. Ketika ini panjang embrio sekitar 2 hingga 4 milimeter dan ia sudah mempunyai asas-asas dari otak dan tulang belakang. Boleh dikatakan bahwa masa ini merupakan masa penting, sebab janin sangat sensitif terhadap faktor-faktor dari luar yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Banyak kes salah bentuk (malformation) terjadi pada periode ini. Ketika ini berat badan wanita hamil boleh jadi sudah bertambah 1-2 kilogram, dan rasa mual serta tidak nafsu makan akan berlaku.

Pada minggu kelima embrio di dalam rahim wanita hamil melepasi masa pertumbuhan yang cepat dan mengagumkan. Di awal minggu kelima, panjang embrio adalah sekitar 4 hingga 5 milimeter dan di akhir minggu ini ukurannya akan menjadi jadi 1.1 hingga 3 sentimeter (sm). Pada minggu ini, ‘calon’ kaki dan tangan mulai muncul. Lubang mata mulai kelihatan namun bentuk kepala masih terlihat besar dan ia masih mempunyai ‘ekor’. Jantung embrio mulai membentuk menjadi 2 bahagian (kanan dan kiri), dan paru-paru serta saluran udara (bronchi) juga mulai muncul. Begitu juga pembentukan usus dan pankreas.

Rasulullah SAW dalam sebuah hadithnya menyatakan, yang maksudnya “Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya tidak lain dan tidak bukan itulah yg dikatakan hati.”

Soalan saya di atas belum terjawab iaitu “Apakah kaitan antara ruh dan jiwa?”.

Menurut Abdus Samad Al Palimbani, ruh manusia adalah makhluk suci yang merupakan percikan Nur Allah yang Azali. Ia telah memiliki wujud sebelum tubuhnya diciptakan, dan telah mengenal Allah secara langsung sebelum ia dilahirkan ke dunia. Ketika itu manusia masih dalam bentuk nur yang berkeliaran di seputar alam kesucian yang luhur, sebelum kemudian ditentukan ke dalam kegelapan rahim dan menyatu dengan jasad janin.

Al-Quran menjelaskan bahwa sebelum ruh diturunkan ke alam jasad Allah telah berfirman melalui sebuah pertanyaan, ”Bukanlah Aku ini Tuhanmu?”. Ruh-ruh itu pun menjawab, “Benar, Engkau adalah Tuhan kami.” (Surah Al- ‘Araf, ayat 172)
Pada pendapat penulis, ruh ialah zat yang tidak dapat dilihat seperti juga elektrik, tetapi kesannya boleh dirasakan. Jiwa ialah suatu identiti atau pribadi seseorang apabila ruh, akal dan emosi digabungkan menjadi satu.

Jadi, bilakah proses pendidikan jiwa itu berlaku. Ramai berpendapat ianya mesti dimulai sejak seseorang jejaka atau wanita itu ingin mencari jodoh. Allah menyatakan bahwa jodoh orang baik adalah orang baik dan jodoh orang jahat adalah orang jahat. Tetapi kenapa berlaku perceraian? Besar kemungkinan perceraian berlaku kerana terjadi “salah pilih” atau “mismatching” pada peringkat awal mencari jodoh. Mungkin juga tidak sesuai dengan perintah Allah dan Rasul Muhammad SAW.

Rasulullah saw bersabda: “Pilihlah calon isteri yang taat beragama niscaya kamu pasti beruntung.” Imam Al-Ghazali menambah, “Pilihlah isteri yang cantik agar kamu tidak bosan.”

Kekuatan agama bertahan lebih lama hingga ke hari tua, namun pesona wajah hanya bertahan di tahun-tahun awal perkahwinan. Perangai sebenar di sebalik wajah yang cantik itu akan terserlah apa menjalani rumah tangga sebenar. Cinta akan diuji ketika bahtera rumah tangga sedang belayar, mungkin dalam masa lima hingga sepuluh tahun. Nanti kalau badai terlalu kuat, layar kehidupan akan patah terkulai kalau tidak dibantu oleh kekuatan jiwa. Gelombang kehidupan tidak boleh kita duga.

Ketika proses kehamilan pun, wanita mengandung dicadangkan untuk membaca Al-Quraan, berdoa, solat dan aktiviti kerohanian agar janin yang dikandung menjadi sempurna akhlaknya nanti.

Kepada sesiapa yang tidak menemui jodoh yang tepat seperti yang diinginkan, yakinlah kepada bidadari dan bidadara Allah sedang menanti di syurga. Hiduplah kehidupan anda berasaskan Al-Quraan dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Jangan sedih dan berdukacita kerana Allah bersama kita setiap masa.

Didiklah jiwa kita melalui puasa, solat, zakat, sedekah dan sebagainya supaya hati kita menjadi lembut mengikuti perintah Allah dan ingat setiap makhluk yang bernyawa akan mati dan apabila mati Allah akan bertanya tentang lima (5) perkara, apakah yang kita buat ketika muda sebelum tua, ketika masa lapang sebelum sibuk, ketika sehat sebelum sakit, ketika kaya sebelum miskin dan ketika hidup sebelum mati.

Contoh yang sangat sederhana, jika Allah bertanya, “kenapa tidak solat berjamaah dimesjid bagi lelaki?”, kalau alasan tiada kemudahan dan sebagainya, kenapa kita boleh berada di “shopping complex” berjam-jam tetapi untuk hadir di mesjid berjamaah solat fardhu bermacam-macam alasan diberikan.

Sama-samalah kita renung dan teruskan mendidik jiwa kita dengan amalan soleh yang Allah janjikan ganjaran yang besar.

Wallahu a’lam.

Ismail Abdullah, Teras Jernang, 5 September 2011.

Thursday 1 September 2011

Kimia Kejayaan

Buku “The Chemistry of Success” karangan Susan M. Lark dan James A. Richards menggariskan enam (6) petua bagi Kimia Kejayaan.
  1. Keseimbangan asid dan alkali dalam badan.
  2. Sistem penghadaman badan
  3. Keupayaan mendetoks diri
  4. Aras oksigen dalam badan
  5. Pengurusan tekanan (stress)
  6. Hormon seks
Buku yang setebal 754 halaman ini telah diterbitkan oleh Bay Books pada tahun 2000 di San Francisco, Amerika. Susan dan James melalui buku ini, ingin mengemukakan satu pertanyaan; “Why do many highly successful people have abundant energy and the determination and focus to succeed while sometimes ignoring many of the rules of good health? Might these individuals have a chemical makeup that differs substantially from that of the rest of the population? Is there in fact a “chemistry of success”, and if so, can it be restored in individuals who have lost it or created in those who never possessed it?”. Terjemahan bebas dapat dinyatakan sebagai; Kenapa ramai daripada orang-orang yang berjaya mempunyai tenaga yang banyak dan kemahuan dan fokus kepada kejayaan, kadang-kadang melupakan banyak peraturan bagi kesihatan yang baik? Barangkali orang-orang ini mempunyai binaan kimia yang membezakan secara jelas daripada penduduk yang lain? Apakah ada yang disebut sebagai “Kimia Kejayaan”, dan jika ada bolehkah ianya dimasukkan kepada orang-orang yang kehilangannya itu atau dicipta bagi yang belum memilikinya. Susan seorang doctor dan James seorang usahawan menjangkakan terdapat apa yang disebut sebagai Kimia Kejayaan dalam diri mereka yang sukses. Mereka memerhatikan ahli politik, pemain tenis, pemain bolasepak dan ramai lagi yang terlibat dalam kerjaya yang meletihkan mempunyai banyak tenaga dan tidak kelihatan penat sedikit pun. Mereka juga jarang jatuh sakit yang teruk. Mereka sukses dalam kerjaya masing-masing pada peringkat tertinggi. Dalam kajian mereka (Susan dan James), tidak disebut dengan jelas bahwa kesihatan merupakan faktor utama kejayaan. Hampir semua buku mengatakan sikap positif merupakan faktor utama kejayaan, namun tidak jelas apakah faktorsebenar kejayaan orang yang berada di puncak kejayaan itu. Apa yang dapat mereka perhatikan ialah manusia-manusia jenis ini mempunyai tenaga dan stamina yang tidak terbatas. Susan sebagai seorang doctor perubatan mendapati ada semacam ketidakstabilan kimia pada diri pesakitnya sehingga mereka selalu mengadu sakit ini dan itu yang berkaitan dengan organ luaran dan dalaman pesakitnya. Sementara James sebagai seorang ahli perniagaan banyak memerhatikan tingkahlaku manusia yang dia temui dalam bidang perniagaan dan politik. Susan merumuskan adanya suatu hukum yang beliau namakan sebagai Hukum Pengurangan Harapan (The Law of Diminishing Expectation) apabila penyakit pesakit beliau bertambah teruk dari hari ke hari. Akhirnya mereka membuat kesimpulan bahwa terdapat enam (6) factor kimia yang diperlukan bagi kesuksesan seseorang yang berada di puncak kejayaan. Setiap orang yang ingin Berjaya dan berada di puncak kejayaan mestilah melakukan perkara-perkara berikut:
  1. Mengawal keseimbangan asid dan alkali dalam badan.
  2. Menghasilkan enzim penghadaman.
  3. Mendetoksidkan segala kimia toksid dalam badan.
  4. Menambah aliran oksigen kepada tisu dan sel.
  5. Menetralkan semua ketidakstabilan kimia dalam badan akibat stress.
  6. Menghasilkan hormone seks
Selagi keenam-enam factor diatas berkerja dalam keadaan yang maksimum, maka tenaga dan stamina yang maksima akan tercapai dalam diri seseorang individu.

Itu hasil kajian dan penelitian Susan dan James melalui kerjaya masing-masing. Buku yang setebal 754 halaman itu memperincikan secara jelas dan terang dengan kajian–kajian kes mereka bagi menyokong dakwaan mereka itu.

Saya melihat senarai diatas dengan kagum kerana mereka membuat kajian mendalam dan mengambil masa bertahun-tahun untuk menerbitkan buku yang tebal itu. Faktor 1 dan 2 berkaitan dengan makanan dan Nabi Muhammad SAW menyatakan dalam hadithnya bahwa segala penyakit berasal dari perut. Makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang. Menjaga apa yang kita makan sangat penting, terutama memakan makanan yang halal lagi baik. Faktor 3 dan 4 melalui senaman, Nabi mencadangkan berenang dan berkuda sebagai senaman, tetapi apa saja bentuk senaman yang dapat mengeluarkan peluh (detoks) dikira memadai. Senaman juga sekaligus memasukkan oksigen ke dalam badan dan dengan itu menambah kemasukan oksigen bagi kesihatan tisu dan sel dalam badan. Factor 5 melalui solat, puasa dan lain-lain ibadah yang kita kerja dengan lkhlas dan factor keenam ada panduan dalam Islam sehingga Islam membenarkan kaum Muslimin mempunyai isteri lebih dari satu bagi menguruskan masalah seks.

Islam telah menyediakan segala-galanya, tetapi apakah kita mengamalkan sepenuhnya panduan Al-Quraan dan Hadith bagi menjaga kesihatan rohani dan jasmani. Kita fikir dan bertindaklah sesuai dengan panduan agama kita agar kejayaan dapat kita capai dan pertahankan secara lestari.

Wallahu a'lam.

Ismail Abdullah, Teras Jernang, 2 September 2011.